Bismillah.
Tuhan telah menciptakan segala sesuatu di bumi secara seimbang dan mencukupi.
Ketika nabi Adam pertama kali diturunkan ke bumi, ia terpisah dengan istrinya.
Nabi Adam, menurut riwayat terdampar di India, istrinya Hawa di Jeddah. Mereka
dipertemukan di jabal Rahmah Mekkah. Pada masa itu tentu lingkungan tidak ada
masalah. Semua ada dalam keadaan seimbang.
Lingkungan
mulai mengalami kerusakan yang hebat terjadi jauh sesudah nabi Adam tidak ada
lagi di permukaan bumi. Manusia yang bertambah banyak jumlah dan keahliannya
menjadikan bumi ajang untuk berbuat kerusakan. Kerusakan itu tentu tidak saja
di darat tetapi di laut. Tidak saja di dataran rendah, kerusakan terjadi di
bukit dan gunung. Kerusakan bahkan terjadi hingga ke dasar laut. Pendek kata
kerusakan terjadi di utara, selatan, timur, barat dan bahkan di kutub-kutub
bumi. Kerusakan yang paling besar sebetulnya adalah akhlak atau etika manusia.
Manusia mulai menyembah selain Allah. Lebih dari itu manusia menjadi rakus.
Banyak nabi
dan rasul diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Tidak kurang dari 200.000 nabi dan rasul diturunkan dan
diutus ke seluruh bangsa dan kaum di seluruh dunia. Banyak ajaran nabi dan
rasul itu selain masalah akidah (tauhid) tetapi tidak kalah pentingnya adalah
masalah akhlak/etika termasuk terhadap lingkungan. Di antara ajaran nabi
Muhammad tentang etika lingkungan adalah bahwa semua makhluk hidup dan tidak
hidup setiap saat tasbih kepada Allah. Jadi menganggu atau merusaknya
sesungguhnya menganggu hubungan ”mereka” kepada Allah. Al-qur’an melarang keras
berbuat kerusakan di bumi. Nabi melarang kencing di lubang semut dan air
tergenang. Tulisan ini memaparkan serba-serbi yang berhubungan dengan etika
lingkungan dan filsafat.
Apa itu Etika
Lingkungan ?
Isu-isu
kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun
pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga,
tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan ini
memunculkan banyak pertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini atau
manusia sudah kehilangan rasa cinta pada alam? Bagaimanakah sesungguhnya
manusia memahami alam dan bagaimana cara menggunakannya?
Perhatian
kita pada isu lingkungan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana
keterkaitan dan relasi kita dengan generasi yang akan datang. Kita juga diajak
berpikir kedepan. Bagaimana situasi alam
atau lingkungan di masa yang akan datang? Kita akan menyadari bahwa relasi kita
dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada
teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada
kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut
utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi
oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan
mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan
tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam pendekatannya terhadap alam
dan lingkungan.
Etika
Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan
menjadi dua yaitu etika ekologi
dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika
lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan
pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan
semua mahluk.
Yang dimaksud
Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat
pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling
menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika
Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai
bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga
diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa
lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas
yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas
yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.
Sedangkan
Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan
bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat
antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat
rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian
diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan
ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia.
Etika Ekologi
Dangkal
Etika ini
dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi
estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan
generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan
estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.
Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia,
secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang
mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi
alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia.
Etika yang
antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :
1. Manusia terpisah dari alam,
2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam
tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai
pusat keprihatinannya
4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam
untuk kepentingan manusia
5. Norma utama adalah untung rugi.
6. Mengutamakan rencana jangka pendek.
7. Pemecahan krisis ekologis melalui
pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin
8. Menerima secara positif pertumbuhan
ekonomi
Etika Ekologi
Dalam
Bagi etika
ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu
lingkungan patut dihargai dan
diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika
lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan
pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri.
Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan.
Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama.
Etika
lingkungan ini dibagi lagi menjadi beberapa macam menurut fokus perhatiannya,
yaitu neo-utilitarisme, zoosentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Etika
lingkungan neo-utilitarisme merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy
Bentham yang menekankan kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan
maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang
mempelopori etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidak bermoral.
Etika
lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak
binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh
bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai
hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus
dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang
dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The
Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan
menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh
belas kasih.
Etika
lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan
sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster.
Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya
sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan
kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup
yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang
saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul
Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau
diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti
bertumbuh dan bereproduksi.
Etika
Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan
seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam
ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi
menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhan
organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan.
Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata
kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang.
Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini
menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun
tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan
antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.
Secara umum
etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :
1. Manusia adalah bagian dari alam
2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat
dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang
3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan
sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang
4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua
mahluk
5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai
6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati
7. Menghargai dan memelihara tata alam
8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai
ekosistem
9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan
menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
Demikian
etika lingkungan dapat digolongkan kedalam dua kelompok yaitu etika lingkungan
dalam dan etika lingkungan dangkal. Keduanya memiliki beberapa perbedaan –
perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini
memberi jawab langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan.
Namun paling tidak dengan adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit
menguraikan norma-norma mana yang dipakai oleh manusia dalam melakukan
pendekatan terhadap alam ini. Dengan demikian etika lingkungan berusaha memberi
sumbangan dengan beberapa norma yang ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar